Kata sebenarnya adalah Indonesia. Negara kita. Hanya saja dalam keseharian lisan kita, akan lebih nyaman menyebutnya dengan endonesia. Dengan “e”, bukannya “i”. Dengan demikian bisa dibilang “ngendonesia” mempunyai makna meng-Indonesia.
Meng-Indonesia bisa punya banyak arti. (Usaha) menjadi Indonesia, melakukan sesuatu dengan cara Indonesia, berpikir dengan pola pikir atau sudut pandang (orang) Indonesia, atau segala sesuatu –baik penting maupun sepele yang terjadi di Indonesia.
Berawal dari obrolan panjang antara saya dan istri saya, tentang kehidupan kami yang makin lama makin mencoba makin praktis dan menghamba pada ilmu “pokoke”.
Ilmu “pokoke” dalam komunikasi bisa sangat membantu, bisa juga tidak. Ketika sudah (agak lama) menikah, tiba-tiba kami canggung merayu, ragu tuk memuji bahkan malas bermanis kata dalam lisan.
Obrolan menjadi makin pendek dan “pokoke” sama-sama paham. Mungkin juga ini yang terjadi sehingga twitter atau micro-blogging menjadi makin meraja lela, sedang dunia blog menjadi menjemukan –kecuali bagi mereka yang sudah berstatus seleblog.
Saya sedang tidak mengatakan blog sudah atau akan mati, hanya saja blog yang membuat saya pernah begitu tertarik untuk menulis entah bagaimana dan apa sebabnya menjadi tak lagi menarik.
Saya cinta menulis tapi malas. Maka seperti halnya soal cinta, butuh perjuangan. Bahkan rumah tangga pun butuh usaha dan upaya yang tak main-main untuk menjaganya tetap berkelanjutan.
Kembali, saya akan menulis. Tak bisa berjanji akan menjadi tulisan bermutu, tak mampu menjamin akan menarik apalagi menjadi sumber rujukan juga tak yakin akan bisa menjadi sebuah rutinitas.
Selamat membaca saja! Salam.