LALU LINTAS DI JAWA DALAM PANDANGAN ORANG JAWA DI LUAR JAWA.
Pulau Jawa yang sudah sejak dulu menjadi puser-nya Indonesia, tentu saja menjadi daerah dengan permasalahan yang paling rumit, njlimet dan komplek. Termasuk soal lalu lintas.
Sebagai orang yang baru balik ke Jawa setelah sekian tahun merantau, ternyata saya sempat kaget, kagok dengan lalu lintas di Jawa. Padahal saya hanya di kota kecil bernama Purbalingga, propinsi Jawa Tengah, bukan belantara Jakarta.
Saya menemukan begitu terburu-burunya orang di Jawa dalam urusan transportasi. Mulai dari motor sampai truk besar pun ngebut semampunya si mesin.
Saya sebagai pengguna sepeda motor betul-betul mengalami siksaan berat. Tak bisa lagi saya berkendara dengan santai sambil menikmati pemandangan. Saya harus siaga penuh melihat ke depan, juga ke belakang lewat kaca spion.
Tak ada kamus pelan-pelan, karena begitu saya mengemudikan dengan pelan, terdengar bunyi klakson, dimana kecepatan rendah saya justru mengganggu (memperlambat, pen.) pengendara lain.
Tak hanya yang tua ataupun anak muda, anak SMP pun sering menang ngebut dari saya. Tak hanya monopoli kaum lelaki, kaum ibu-ibu setengah baya pun pernah menyalip saya dengan penuh gaya.
Saya jadi teringat masa-masa merantau, dimana tak hanya saya, kawan-kawan sesama perantau sering ketika mengingat kampung halaman selalu membayangkan orang-orang Jawa dalam berlalu lintas itu dengan gaya alon-alon-asal-kelakon.
Sedangkan penduduk lokal –tempat kami merantau kami nilai sebagai orang yang baru kenal dengan kendaraan bermotor, tak tau etika berkendara ataupun menganggap jalan raya sebagai arena adu balap.
Dengan sedikit variasi, sebenarnya tak banyak yang berbeda antara Jawa dan luar Jawa. Pengendara motor tanpa helem jelas bukan monopoli pengendara di luar Jawa. Ngebut? Dimana-mana juga ada. Naik motor serampangan? Sama saja, dimana-mana ada.
Tinggal saya, kiranya, yang harus beradaptasi.
CATATAN: Uber Alles artinya di atas segalanya.
He he he ..itulah “Endonesia”, entah pengaruh apa yah, bisa begitu, dibilang pinter tapi lampu merah diserobot, dibilang … nggak mau. Padahal ngebut ,begitu sampe tujuan apa mereka dapat 5 milyar?
Salam
http://evsetia.wordpress.com/2011/04/14/perjalanan-panjang
biyen “alon alon asal kelakon”
saiki “alon alon dikelakson
Kalau saya naik motor, saya ngumpat pengendara mobil
Kalau saya naik mobil, saya ngumpat pengendara motor
Kalau saya jalan kaki, saya pasrah.
dan suami saya salah satu pengendara yang suka klaksonin pengendara lain yg alon-alon… *melipir*