Tentang Persepedamotoran

Sepeda motor adalah barang yang jamak di Indonesia. Saking jamaknya sepeda motor sudah tidak menjadi tolak ukur apakah seseorang itu kaya atau sebaliknya, miskin. Semua itu berasal dari banyaknya manusia (Indonesia) dan minimnya transportasi umum. Juga prestise, terutama bagi mereka yang tak punya cukup uang untuk membeli mobil tapi tidak layak disebut fakir miskin.

Saya seorang biker harian. Aktifitas saya sehari-hari saya jalani dengan sepeda motor 200 cc saya. Dan bagi siapapun, jalan raya adalah belantara dimana hukum rimba level setan alas berlaku. Ya, hukum yang berlaku bukan sembarang hukum rimba. Dalam hukum rimba, siapa yang kuat dialah yang menang.ย 

Sedang di jalan raya berlaku:

“SIAPA YANG CEPAT DIA YANG MENANG!”

Jika anda bingung kenapa dalam berbangsa sangat kurang adanya sikap toleransi, dimana tepa-slira hanya kenangan pelajaran kewarganegaraan/PPKn/PMP (Pilih salah satu, menunjukkan umur), coba tengok kondisi di jalan raya.

Jam terbang atau pengalaman berkendara serta pengetahuan tentang sepeda motor tak terlalu dibutuhkan, karena asal punya nyali, anda bisa melesat secepat angin (tergantung sepeda motornya). Justru biasanya mereka yang berpengalaman di jalan justru kalah cepat dalam jarak pendek oleh mereka yang baru pernah naik motor.

Nafsu untuk menjadi yang paling cepat serta mengalahkan yang lebih kuat (baca: mesin lebih besar) ada dimana-mana dan pada siapa saja. Baik itu ABG, Mas-mas maupun Ibu-ibu.

Jujur, yang paling sering mengalahkan saya di jalanan malahan Ibu-ibu bermotor matic. Entah kenapa! Contoh tiap kali saya mengurangi kecepatan karena ada kendaraan dari arah berlawanan, si Ibu-ibu justru menyalip saya. Atau pernah ketika saya mengurangi kecepatan karena ada lubang menganga, disaliplah saya dari sebelah kanan dengan kecepatan tinggi yang berakibat terjungkal. Salah siapa? Tentu saja Pemerintah!

Berkendara dengan motor bertenaga relatif lebih besar membuat saya punya pengalaman unik lain. Entah kenapa biker-biker berjiwa labil akan sangat merasa bangga atau katakanlah telah mencapai sebuah prestasi cemerlang ketika mampu menyalip saya.

Pengendara sepeda motor bisa dibedakan apakah dia memiliki mobil, pernah memiliki mobil, bisa menyetir mobil atau tidak. Maksud saya kebanyakan dari mereka yang memiliki/pernah memiliki atau bisa menyetir mobil akan cenderung lebih masuk akal saat berkendara terutama saat melibatkan mobil. Bagi yang tidak, mereka akan tanpa perhitungan menyalip mobil dari kiri meski ruang yang ada untuk menyalip sangat sempit. Padahal bisa jadi si pengendara mobil tak menyangka dan tak melihat bahwa ada motor yang tengah menyalip. Dari kiri.

Saya selalu hormat pada mereka yang berkendara sepeda motor dengan atribut keamanan lengkap. Motor sehat, helm standar dan dipakai secara sempurna, barang bawaan tak terlalu banyak dan sebagainya. Kenapa? Karena jarang!

Pengendara perempuan saat ini sering menggantungkan tas di pundaknya dalam kondisi yang rentan kecelakaan. Dimana misalnya tas ditaruh di sebelah kiri, tas tersebut digantungkan di pundak kiri. Selain penjambretan, tas tersebut juga rentan melorot.

Saat tas tersebut melorot, jika tak berhati-hati saat membetulkannya, pengendara bisa hilang fokus dan hilang kendali atas sepeda motornya. Dan belakangan saya menjumpai hal demikian pada pengendara pria. Kadang tas tersebut berisi benda berat sejenis laptop.

Anda kesal dengan pengendara mobil ber-handphone ria? Anda akan leboh kesal dengan ulah biker-labil. Yang pernah saya jumpai adalah biker yang nyambi sms, nyambi nelpon (tanpa headset), dan nyambi motret diri sendiri! Meski tak saya rekomendasikan, ada juga biker yang kreatif saat menelpon sambil berkendara, dimana ponselnya dia letakkan di pipi dijepit dengan helmnya. Minimal dua tangannya bisa memegang setang kemudi.

Selain itu, biker tanpa spion juga sering bermasalah. Tanpa sadar, ketika mereka menengok ke belakang (karena ketiadaan kaca spion), motor mereka berjalan tidak lurus alias membelok. Biker ngobrol juga sering lupa daratan. Biker yang berboncengan sering asyik ngobrol sehingga tanpa sadar motornya berjalan zig-zag, hal ini bisa terjadi kecelakaan ketika motor mereka disalip kendaraan lain.

Dan yang paling menggelikan adalah kelakuan biker akrab. Biker akrab ini akan memakan seluruh badan jalan karena mereka akan berjalan beriringan dan berbincang satu-sama-lain. Lucunya jika kita klakson mereka akan marah, jika disalip mereka akan naik darah.

Menurut saya aturan ‘Light On’ bagi sepeda motor itu sangat bermanfaat. Kadang, apalagi saat pagi dan sore hari, sepeda motor yang membelakangi matahari sama sekali tidak kelihatan dari arah depan. Juga di sore hari ketika motor yang berada di depan mobil lain yang lampunya menyala sedang motor tersebut tidak menyalakan lampu, motor tersebut juga tidak terlihat.

Namun kenyataannya jam 8 malam pun saya sering bertemu dengan sepeda motor yang tidak menyalakan lampu. Mungkin bagi mereka menyalakan lampu motor itu tindakan pengecut. Sama halnya dengan pendapat yang menyatakan bahwa laki-laki tak boleh memakai payung kala hujan. ๐Ÿ™‚

Lalu bagaimana agar bersepeda motor bisa menjadi suatu hal yang menyenangkan. Be creative-lah! Contoh: dalam berkendara saya suka iseng menghitung jumlah biker lain yang mengenakan jaket secara terbalik!!! Biasanya dalam perjalanan rumah ke kantor saya bisa menjumpai biker berjaket terbalik lebih dari sepuluh. Dan itu cukup untuk menarik syaraf senyum saya.

Dan ingat:

โ€œLifeโ€™s disappointments are harder to take when you donโ€™t know any swear words.โ€

Berhati-hatilah di jalan, hormati pengguna jalan lain dan be happy!

KETERANGAN: Gambar diambil dari sini.

4 thoughts on “Tentang Persepedamotoran

Leave a Reply

Your email address will not be published.