Jaman SMA dulu, selain menggemari Nirvana seperti kebanyakan anak muda (baca: remaja, dulu belum ada istilah ABG), saya juga menyenangi Pearl Jam. Bahkan kesukaan saya melebihi kesukaan saya pada Nirvana. Album ‘No Code‘ dari Pearl Jam yang dirilis pada tahun 1996 ini baru saya miliki pada tahun 2000.
Jaman dulu, adalah masa peralihan. Toko kaset dan CD musik masih jaya karena gempuran MP3 baru saja dimulai (di Indonesia). Dengan cara menabung sisa uang jajan, saya akhirnya mampu membeli kaset tersebut di sini.
Sayangnya saya setengah hati dalam mendengarkan album ini karena saat itu saya terkena racun gempuran musik bergenre nu-metal. Slipknot, KoRn dan Limp Bizkit! Bahkan saking senengnya dengan genre itu, saya sering terlihat mengenakan topi basebal un-official alias bajakan berwarna merah secara terbalik. Tentu ini dalam rangka (baca: upaya) meniru Fred Durst, vokalis Limp Bizkit.
Meniru dandanan vokalis Limp Bizkit bukan berarti saya lebih menyukai band nu-metal tersebut. Hanya saja akan sangat aneh jika saya yang saat itu masih SMA menggimbal rambut saya agar mirip Jonathan Davis dari Korn atau kemana-mana memakai topeng a la personil Slipknot!
Kira-kira seminggu lalu saya menyaksikan film besutan Cameron Crowe tentang rockumentary perjalanan karier Pearl Jam di dunia musik bertajuk ‘PJ20’ (baca: Pearl Jam Twenty). Setelah itu saya menyuntik semua koleksi lagu Pearl Jam (kiriman kawan saya) ke dalam iPod saya.
Dan kenangan saya kembali ke masa SMA, kala saya entah kenapa bisa membeli album ‘No Code’ milik Pearl Jam. Jaman dahulu, di toko kaset yang lumayan berkelas, tidak ada yang namanya “mencoba sebelum membeli” , jadi kaset yang anda beli biasanya sudah anda pikirkan masak-masak dengan referensi dari majalah atau televisi maupun karena tertarik oleh cover-nya.
Khusus untuk ‘No Code’, jujur saya membelinya dengan alasan yang kedua. ๐
Memang para penggemar teori konspirasi banyak mengasumsikan bahwa ada hidden message dalam cover album dan lagu-lagunya. Karena cover albumnya membentuk lambang segitiga dan mata satu.
Saya kurang mengerti soal hal itu tapi yang membuat saya tertarik membeli album itu adalah adanya gambar wanita berjilbab di cover albumnya.
Dan baru di 2011 ini saya mendengarkan album ini dengan seksama dan benar-benar menyukainya!
KETERANGAN:
- SDM: Saya Dan Musik
- Gambar 1 dari sini, gambar 2 dari sini, gambar 3 hasil jepretan sendiri menggunakan Blackberry dan gambar 4 diambil dari sini lalu diedit (cropping & blurring) menggunakan PhotoFiltre.
yang saya beli karena tertarik covernya itu albumnya Tripping Daisy. Lupa judul album dan lagu-lagunya karena cuma bertahan 2 hari, di sita bersama walkman ketika razia di sekolah :hammer
Hahahahaha… Dirazia tho?
padahal, walaupun tetep menyukainya, menurutku album ini albumnya Pearl Jam yang paling ancur….
Iya…. Sedikit mengecewakan dibanding album lainnya memang.
Wah saya malah paling suka album No Code, Vs, Vitalogy sm Binaural. Unik musiknya. Album PJ paling njlehi=album2 setelah Riot Act