Pahlawan

Ribut-ribut soal ide almarhum Pak Harto untuk ditetapkan menjadi pahlawan nasional kan bukan barang baru. Sudah lama tapi pancet tetep saja mbundet ndak nemu jalan keluar. Iya jalan keluar, bukan jalan tengah. Kalau jalan tengah nanti makin membingungkan. Ha mosok nanti Pak Harto mau ditetapkan sebagai “Setengah Pahlawan Nasional” demi memuaskan pihak-pihak yang berseberangan? Ayak!

Yang setuju Pak Harto jadi pahlawan nasional itu sebelas-dua belas emosionalnya dengan yang ndak setuju. Hal ini menjadi bukti bahwa Pak Harto, somehow, menempati ruang istimewa di benak mereka. Kita kesampingkan dulu mereka yang setuju dan yang menolak penobatan Pak Harto sebagai pahlawan tapi sama sekali ndak ngerti sejarah. Kita kesampingkan dulu mereka yang blas ndak peduli, apakah Pak Harto mau diangkat jadi pahlawan nasional atau nabi sekalipun.

Apa yang berbeda diantara mereka yang pro dan kontra? Sudut pandang. Secara umum sih mereka yang pro itu kaum yang merasa tidak pernah disakiti oleh Pak Harto yang dengan segala keterbatasan dan kekurangan harus diakui pernah membuat Indonesia dalam titik yang membanggakan dalam percaturan dunia.

Sedang yang kontra adalah mereka yang merasa Pak Harto adalah iblis, yang paling jahat, bukan manusia serta atribut lain yang sadis-sadis. Terlepas apakah Pak Harto pernah bersalah sama mereka itu bukan titik fokusnya.

Di dua kubu ini yang saya garis bawahi adalah kata ‘merasa’. Iya merasa. Artinya subyektifitas yang berperan di sini. Jadi siapapun yang dianggap pahlawan atau dicap penjahat, pada dasarnya itu kembali pada yang memberi cap tadi.

Apalagi jika status pahlawan ini diberikan dalam ukuran nasional, resmi atas nama Negara, apakah Pak Harto peduli? Saya rasa tidak. Beliau sudah meninggal. Atau wafat, kata yang hormat. Mampus, kata yang benci.

Dan kemungkinan ndak ada sangkut pautnya dengan pahala buat almarhum. Iya, saya juga aware kalo penggunaan kata ‘almarhum’ itu juga bisa diperdebatkan. Haters gonna hate, katanya.

Bicara soal sudut pandang, lantas bagaimana dengan mereka yang sudah telanjur dikukuhkan sebagai pahlawan nasional? Bolehkah digugat lalu dibatalkan jika ada kesaksian yang menyatakan bahwa sang pahlawan itu ndak layak dijuluki pahlawan?

Bisa jadi kita tidak tahu sisi kelam mereka yang telanjur dianugerahi gelar pahlawan. Tidak tahu dan tidak mau tahu. Ndak ada urusan sama periuk nasi, kata kawan saya.

Pak Harto memang spesial, meski toh juga tidak pengaruh ke periuk nasi, kawan saya tadi tetap menolak Pak Harto jadi pahlawan.

One thought on “Pahlawan

Leave a Reply

Your email address will not be published.