Finding Superman

Maafkan saya jika kurang ajar membuat judul tulisan ini seperti judul film yang bercerita tentang usaha comeback-nya grup lawak tradisional yang sudah melegenda di negeri ini. Tapi ada benang merahnya saya rasa. Antara Superman dengan Srimulat, sama-sama sulit untuk dihadirkan lagi dalam format yang lebih baru dan fresh, mengingat Superman bagi dunia dan Srimulat bagi penonton Indonesia telah mempunyai tempat yang khusus di dalam hati.

Sebisa mungkin saya tidak akan bercerita terlalu banyak tentang inti cerita film Man Of Steel yang baru saya tonton tadi malam ini. Saya akan coba fokus ke penggambaran tokoh Superman saja, yang merupakan tokoh superhero favorit saya, setelah Batman tentu saja.

Clark Kecil

Membuat film Superman, yang bagus, apalagi dengan intepretasi dan adaptasi kehidupan modern itu teramat sulit. Bryan Singer sudah pernah mengalaminya dengan Superman Returns. Dan kini Zack Snyder mecoba peruntungan meski sejatinya merupakan tugas yang maha berat dengan diembel-embeli reboot.

Hulk yang punya banyak penggemar pun gagal, baik yang besutan Ang Lee maupun versi reboot dari Louis Leterrier. Tapi kegagalan Hulk dari dunia Marvel masih mending dibanding dengan nasib para superhero DC Comics, dimana hanya Batman yang bisa sukses diadaptasi dengan baik dan diterima penggemar. Ingat kan jeleknya Green Lantern? Hulk di film The Avengers ‘terpaksa’ harus dirubah menjadi agak berbeda dari versi komik agar bias diterima penggemar film meski menuai protes para penggemar komiknya. Di film itu Hulk bisa bicara dan mengontrol kekuatannya.

Lalu bagaimana dengan nasib Superman di film Man Of Steel? Dengan adanya Christopher Nolan di balik film ini, sejak awal saya memang berasumsi bahwa Man Of Steel akan hadir lebih gelap. Dan mengingat karya Zack Snyder, kita harus ber-hamdalah tak ada adegan perkosaan di film ini seperti di Watchmen. Karena memang tidak perlu.

Konsep reboot yang dibuat memang mau tak mau harus dibuat demi menyesuaikan dengan perkembangan jaman dan penonton yang makin kritis. Dan yang sangat nampak, bahkan dari trailer-nya, Superman dibuat lebih violent, lebih keras (demi menghindari kata kejam).

Saya tidak bilang bahwa superhero sekelas Superman tidak boleh violent, tapi Superman yang sudah begitu dicintai dengan keramahannya pada dunia ketika dirubah menjadi keras, akan menyisakan pertanyaan: Apa yang coba ditambahkan oleh para pembuat film ini yang belum kita dapat di film-film sebelumnya? Apa yang terlewat? Nilai-nilai baru dan up to date apa yang hendak disampaikan?

Di film ini Superman alias Clark Kent alias Kal El, lebih banyak digambarkan di usia 33 tahun waktu bumi, tapi dengan kegalauan level ABG. Dalam proses pencarian jati diri, digambarkan dia kabur dari rumah setelah magang di sebuah kapal nelayan. Clark Kent akhirnya menemukan sebuah pesawat planet Krypton yang terkubur di bawah es selama ribuan tahun, di sana juga dia bertemu Louis Lane yang saat itu hendak meliput berita mengenai penemuan aneh sebuah ekspedisi.

Lois Lane digambarkan sangat cerdas dan brilian di awal film, bahkan dia bisa melacak keberadaan Clark Kent hingga ke kampung halamannya dengan hanya berbekal foto buram, kisah-kisah urban legend dan data abal-abal komputer. Amy Adams memerankan Louis Lane dengan brilian meski makin lama kita menonton makin sadar bahwa tak banyak ruang bagi Amy Adams untuk mengeksplorasi tokoh Lois ini.

Dan nampaknya itu terjadi tak cuma pada Amy Adams, semua aktor dan aktris yang terlibat, yang menurut saya dicasting dengan sangat pas dan tepat, namun kurang mendapatkan ruang untuk menggambarkan tokoh yang mereka perankan karena pondasi cerita yang tidak terlalu kuat. Saya tidak bilang film ini dibuat dengan alur cerita yang asal-asalan. Tapi kalau boleh jujur, dalam dua setengah jam plot ceritanya itu mungkin cuman 90 menit.

Sisanya itu adegan perang dan perkelahian penuh efek dalam kecepatan yang di atas rata-rata, ledakan di sana sini serta bangunan yang runtuh. Itu saja.

Saya tumbuh dengan kisah heroik Superman (dan Batman), dan paham benar sifat kepahlawanan Clark yang ia dapatkan dari Jonathan Kent, ayahnya di planet bumi. Di film ini Jon digambarkan sangat paranoid. Ketika Clark kecil menyelamatkan seluruh penumpang bus sekolah yang tenggelam ke sungai, sang ayah malah menyalahkannya dan menganggapnya ceroboh. Hal ini akan janggal, mengingat hingga akhir film ini Clark sangat kagum akan ayah buminya itu. Lantas pahlawan macam apa yang tumbuh dengan idola macam ayahnya, yang menyalahkan Clark akan setiap hal baik yang dia lakukan sejak kecil?

Jika Paman Ben menasehati Peter Parker (Spider-Man) dengan: “Dengan kekuatan besar, akan ada tanggung jawab yang besar juga”, Jonathan Kent seolah mengajari Clark untuk menyembunyikan kekuatannya dan tak usah memanfaatkannya saat diperlukan. Dan akhirnya sang ayah meninggal terkena tornado, dengan Clark Kent berada di puluhan meter darinya, tak menolong dan tak melakukan apa-apa karena disuruh ayahnya.

Superman

Mungkin memang para pembuatnya ingin menyampaikan kisah Superman secara utuh, sejak diungsikan dari planet Krypton, tumbuh besar di bumi, dan akhirnya menjadi Superman. Saking banyaknya hal yang ingin disampaikan, selain membuat film ini menjadi panjang, saya merasa seolah-olah sedang menyaksikan serial Smallville semua episode sekaligus.

BATMAN ITU SERIUS, IRON MAN ITU LUCU DAN SUPERMAN ITU CEROBOH.

Itu kesan saya mengenai film Man Of Steel. Jika Iron Man sebisa mungkin membawa perkelahian ke area yang minim populasi dan Batman punya policy untuk tidak menggunakan senjata api dan tidak membunuh, Superman ini hadir ceroboh saat kelahi. Tabrak sana sini, gedung-gedung hancur, SPBU meledak dan debu beterbangan di lokasi padat populasi. Meskipun memang tidak digambarkan ada korban jiwa, tapi bagaimana mungkin seluruh bangunan di sana kosong tanpa penghuni?

Tapi saya suka bagaimana film ini menjelaskan mengenai lambang yang tercetak di dada Superman, tentang bahwa itu aslinya bukan huruf ‘S’, melainkan lambang keluarga El di planet Krypton yang bermakna harapan. Clark menceritakan hal ini kepada Louis di ruang interogasi, yang mau tak mau mengingatkan saya pada adegan Batman dan Joker di The Dark Knight.

Dan lega setelah tahu darimana kostum Superman berasal, meski akhirnya di bagian akhir film saya berpikir: “Jadi bajunya Superman itu aslinya underwear tho?”, karena Jenderal Zod, musuh utama di film ini mengenakan baju dengan jenis yang sama, hanya saja berwarna hitam dan minus sayap, di balik baju zirahnya.

Nah, karena seperti yang saya bilang tadi, bikin film Superman itu susah, maka segala kekurangan yang ada itu bagi saya masih bisa dimaafkan. Film ini tidak berhasil merusak imej atau kenangan masa kecil saya akan Superman. Terima kasih kepada dua film edisi Christopher Reeves dan kartun-kartun Superman.

KETERANGAN: Gambar diambil dari sini dan sini.

TAMBAHAN:

Berbeda dengan Batman yang punya stok musuh yang memorable dalam jumlah yang banyak, film ini saya rasa ada sesuatu yang kurang. Lex Luthor!! Karakter Lex memang sangat kuat hingga setara dengan Superman itu sendiri, hanya di sisi yang berlainan. Di film ‘Man Of Steel’ saya tidak menemukan tanda-tanda kehadiran Lex di sana meski hanya sekadar sebagai cameo. Satu-satunya clue tentang keberadaan Lex Luthor di film ini adalah tulisan “LexCorp.” yang terpampang di sebuah truk.

Leave a Reply

Your email address will not be published.