Pernah sampeyan ngomong ndremimil panjang lebar kali tinggi, ngalor ngidul ngetan mbalik ngulon, kesana-kemari dengan penuh berapi-api untuk lalu merasa masygul bin kecewa dengan lawan bicara karena dia hanya merespon dengan satu kata, yaitu “oh”?
Mangkelke, alias menyebalkan. Lebih-lebih ketika kita sebagai komunikator mengharapkan respon dari komunikan secara komprehensif. Bahkan dengan jawaban “oh” tadi, kita jadi berpikir bahwa nak usahlah setuju dengan apa yang kita sampaikan, membantah dan atau ndak sepakat saja masih bisa kita terima asalkan direspon secara komprehensif. Dan bukan cuman “oh”.
Tapi “oh” itu bukan sembarang kata rupanya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (online), “oh” itu memiliki makna:
“Kata seru untuk menyatakan rasa kecewa, haru, yakin, dsb”.
Kata seru itu adalah kata yang menyatakan perasaan seseorang seperti sakit, marah, terkejut, heran, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan sebagainya. Dengan begitu banyaknya makna yang bisa diwakili oleh “oh”, maka untuk menerjemahkannya kita harus memperhatikan cara penggunaannya.
Penggunaan kata “oh” itu dibedakan dari nada yang meninggi atau menurun, dipanjangkan atau dipendekkan secara mantap. Masalahnya itu hanya bisa diketahui jika dalam pembicaraan lisan, bukan tulis seperti surat, email atau pesan singkat via seluler.
Dengan kemungkinan yang sangat besar untuk disalah tafsirkan, maka seyogyanya penggunaan kata “oh” harus ditambahi dengan penjelasan lebih lanjut. Dengan tujuan agar komunikasi berjalan dan berhasil sebagai mana mestinya dan sesuai yang dimaui oleh kedua belah pihak.
Penekanan pada nada saat mengucapkan “oh” ini juga bisa dijadikan sebagai pertanda atau ciri-ciri bagi seseorang tentang apakah komunikan menyimak dan mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan oleh komunikator.
Jika saya ngomong panjang lebar lalu dijawab “oh” oleh lawan bicara saya tanpa ekspresi dan dengan nada datar, maka bolehlah saya berasumsi bahwa lawan bicara saya itu sejatinya tidak sungguh-sungguh mendengarkan saya.
Oh. Menyebalkan mana dengan: “Terus aku harus bilang WOW?”
Oh
oh begitu ya bang
Saya baru tahu ๐
Oh… gitu ya?
paham ๐